Banyak orang bilang, "menunggu adalah hal yang paling membosankan",
mungkin statemen itu memang benar, namun tidak berlaku untuk semuanya bahkan terkadang menunggu juga menyenangkan, tergantung bagaimana kita mengisi penantian itu.
Menunggu akan menjadi mengasikkan jika waktu itu diisi dengan berbuat hal positif, misalnya saat menunggu jadwal keberangkatan di bandara, kita bisa sambil ngaji, wiridan, baca buku, main game, menulis cerita, dll.
Menunggu akan menjadi mengasikkan jika waktu itu diisi dengan berbuat hal positif, misalnya saat menunggu jadwal keberangkatan di bandara, kita bisa sambil ngaji, wiridan, baca buku, main game, menulis cerita, dll.
Sama halnya, saat menunggu sesuatu yang besar dan berarti, menunggu datangnya jodoh, atau calon suami/istri. Sebagai seorang muslim/muslimah, kita juga harus aktif dan kreatif dalam mengisi waktu penantian itu. Jangan sampai waktu terbuang sia-sia. Terus ibadah, terus belajar, terus berusaha dan ukir prestasi bersejarah, agar penantian itu tidak membuat hidup kita sia-sia.
Saat kuputuskan untuk menunggu tunanganku yang sedang studi di Yaman, sejak Juni 2010 yang lalu. Banyak orang bertanya, "berapa tahun masnya di sana?"
Saat kuputuskan untuk menunggu tunanganku yang sedang studi di Yaman, sejak Juni 2010 yang lalu. Banyak orang bertanya, "berapa tahun masnya di sana?"
aku jawab, "insyaallah 4 tahun lagi", merekapun berkata "wah lama banget ya",
Tapi itu tidak mengapa bagiku, karena aku yakin penantian ini indah dan bersejarah.
Alhamdulillah...selama menunggunya aku bisa menyelesaikan studi S2, bisa belajar menghafal al Quran, bisa meraih prestasi tingkat Propinsi-Nasional, bisa bekerja dan melanjutkan studi S3-ku. Hingga tak terasa, saat ini aku sudah melewati 4,7 tahun penantian ini dan tersisa satu bulan lagi.
Hari berlalu pergi, minggu dilewati, bulan dilalui, dan tahunpun berganti.
Setelah melewati luasnya samudera penantian...kini saatnya kapalku berlabuh.
saat mereka bertanya, "kapan menikah?",
akhirnya aku bisa menjawab, "insyaallah 7 Mei 2015" .
Subhanallah… Semua karena rahmat dan ridho-Nya.
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Tapi itu tidak mengapa bagiku, karena aku yakin penantian ini indah dan bersejarah.
Alhamdulillah...selama menunggunya aku bisa menyelesaikan studi S2, bisa belajar menghafal al Quran, bisa meraih prestasi tingkat Propinsi-Nasional, bisa bekerja dan melanjutkan studi S3-ku. Hingga tak terasa, saat ini aku sudah melewati 4,7 tahun penantian ini dan tersisa satu bulan lagi.
Hari berlalu pergi, minggu dilewati, bulan dilalui, dan tahunpun berganti.
Setelah melewati luasnya samudera penantian...kini saatnya kapalku berlabuh.
saat mereka bertanya, "kapan menikah?",
akhirnya aku bisa menjawab, "insyaallah 7 Mei 2015" .
Subhanallah… Semua karena rahmat dan ridho-Nya.
"Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan".
"Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?"
Mengapa aku memilihnya dan bersedia untuk menunggunya?
Semua tentang cinta, tak akan pernah berakhir...
ceritanya abadi menyisakan kenangan berwarna, seindah pelangi...
Terimakasih Allah, Engkau hadirkan ia dalam skenario hidupku,
Semua tentang cinta, tak akan pernah berakhir...
ceritanya abadi menyisakan kenangan berwarna, seindah pelangi...
Terimakasih Allah, Engkau hadirkan ia dalam skenario hidupku,
ketika aku lelah menata hati dan rasaku,
ketika aku butuh seseorang yang dapat mendengar kisahku,
ketika aku butuh sahabat untuk terus mengejar impian dan cita-cita,
Saat itulah Engkau kenalkan ia untukku
Dan ketika saatnya aku ingin memilih calon imamku,
Engkau takdirkan ia datang ke Rumah dan melamarku di hadapan kedua orang tuaku.
Semua terasa serba tiba-tiba, itulah rahasia terindah-Mu...
Terimakasih Allah...
Ia bukanlah pemuda tampan yang banyak disanjung wanita,
Ia bukanlah mahasiswa yang penuh dengan segudang prestasi akademik,
Ia bukanlah saudagar kaya yang punya harta melimpah,
Ia bukanlah eksekutif muda yang sukses dengan bisnisnya,
Ia hanyalah lelaki sederhana dengan gamisnya, kopyah putih, dan sorban di dada, sungguh ia sangat sederhana. Tapi aku yakin, dengan ketakwaannya, ia lebih tampan dibanding aktor kelas dunia, dengan pemahaman ilmu agamanya yang luas, ia lebih berprestasi dibanding mahasiswa, dengan keagungan akhlaknya, ia pasti dapat menjadi eksekutif yang sukses, dengan keimanan dan kejujurannya, ia pasti dapat menjadi hartawan yang dermawan.
Ia adalah calon imamku. Aku memilihnya bukan karena rupa, harta dan gelarnya, namun karena kesabarannya menjadi "jundi" Allah yang menjaga kalam-Nya.
Karena ia adalah hamba pilihan Allah, ada Al Qur'an dalam jiwanya,
ada Sunnah dalam dirinya, ada akhlak mulia dalam perangainya.
Akupun berharap ia dapat mendidik anak-anakku nanti menjadi seperti dirinya, bahkan mungkin lebih baik.
Allah... Ridhoilah pertunangan kami menuju indahnya pernikahan,
ridhoilah cinta kami melahirkan mujahid-mujahidah Islam,
ridhoilah cinta kami berdakwah dan berjuang di jalan-Mu,
ridhoilah cinta kami hingga ke surga-Mu nanti.
Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin... :)
ketika aku butuh seseorang yang dapat mendengar kisahku,
ketika aku butuh sahabat untuk terus mengejar impian dan cita-cita,
Saat itulah Engkau kenalkan ia untukku
Dan ketika saatnya aku ingin memilih calon imamku,
Engkau takdirkan ia datang ke Rumah dan melamarku di hadapan kedua orang tuaku.
Semua terasa serba tiba-tiba, itulah rahasia terindah-Mu...
Terimakasih Allah...
Ia bukanlah pemuda tampan yang banyak disanjung wanita,
Ia bukanlah mahasiswa yang penuh dengan segudang prestasi akademik,
Ia bukanlah saudagar kaya yang punya harta melimpah,
Ia bukanlah eksekutif muda yang sukses dengan bisnisnya,
Ia hanyalah lelaki sederhana dengan gamisnya, kopyah putih, dan sorban di dada, sungguh ia sangat sederhana. Tapi aku yakin, dengan ketakwaannya, ia lebih tampan dibanding aktor kelas dunia, dengan pemahaman ilmu agamanya yang luas, ia lebih berprestasi dibanding mahasiswa, dengan keagungan akhlaknya, ia pasti dapat menjadi eksekutif yang sukses, dengan keimanan dan kejujurannya, ia pasti dapat menjadi hartawan yang dermawan.
Ia adalah calon imamku. Aku memilihnya bukan karena rupa, harta dan gelarnya, namun karena kesabarannya menjadi "jundi" Allah yang menjaga kalam-Nya.
Karena ia adalah hamba pilihan Allah, ada Al Qur'an dalam jiwanya,
ada Sunnah dalam dirinya, ada akhlak mulia dalam perangainya.
Akupun berharap ia dapat mendidik anak-anakku nanti menjadi seperti dirinya, bahkan mungkin lebih baik.
Allah... Ridhoilah pertunangan kami menuju indahnya pernikahan,
ridhoilah cinta kami melahirkan mujahid-mujahidah Islam,
ridhoilah cinta kami berdakwah dan berjuang di jalan-Mu,
ridhoilah cinta kami hingga ke surga-Mu nanti.
Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin... :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar