Oleh : Nury Firdausia
الحمد لله الذي تواضع كل شئ لعظمته، والحمد لله الذي ذل كل شئ لعزته، والحمد لله خضع كل شيئ لقدرته، والصلاة والسلام على نور الأنوار وسر الأسرار وترياق الأغيار ومفتاح باب اليسار سيدنا محمد المختار واله الأطهار وأصحابه الأخيار اما بعد:
Hadirin-Hadirat yang dimulyakan Oleh Allah,
Dalam kesempatan kali ini, kami bertiga akan membawakan sebuah syarhil Qur’an dengan tema, MEMAKMURKAN ALAM SEMESTA, MENGANTISIPASI GLOBAL WARMING.
Para pecinta al-Qur’an yang selalu menundukkan hatinya kepada Allah,
Begitu besar semesta raya dipersembahkan kepada manusia,
Allah membentangkan langit sebagai atap dunia, melukis bumi sebagai lantainya dan gunung sebagai fondasinya. Dihamparkan luas dari sabang sampai Merauke laksana sajadah panjang guna bersujud kepada-Nya.
Bumi pertiwi ini kaya dengan keindahan alamnya yang tak tertandingi dibelahan bumi yang lain, hingga Indonesia disebut
zamrud katulistiwa.
Akan tetapi, mengapa engkau nodai keindahan bumi Allah ini dengan merusaknya?
Kau porak-porandakan dengan tabi’at keserakahan!
Kau perkosa hak-hak alam untuk tumbuh merdeka!
Bumi kau gali, hutan kau tebangi, gunung kau hancurkan dan udara kau hirup dengan serakah!
Wajar… jika gunungnya goyah, buminya muntah, langitnya merah, hutannya tandus, lebur menjadi lahar, marah menjadi ombak, menangis menjadi hujan badai. Menghantam hancur leburkan manusia dalam kepongkahan jiwa.
Apakah nurani kita tidak pernah menunduk dan merenung???
Marilah sejenak kita tundukkan lewat al-Qur’an surat
Ar-Ruum ayat 41:
41. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Hadirin pecinta al-Qur’an yang dirahmati Allah,
Saat ini masyarakat dunia diresahkan oleh suatu kenyataan yang sulit untuk dihindari. Kenyataan yang dianggapnya sebagai malaikat maut yang akan mencabut nyawa mereka, atau Isrofil yang akan meniupkan sangkakala sebagai isyarat berahirnya kehidupan dan hancurnya alam semesta. Kenyataan itulah yang disebut dengan
Global Warning(Pemanasan Global).
Sebagian orang menganggapnya sebagai suatu gejala alami biasa yang tidak akan ada pengaruhnya bagi kelangsungan hidup kita. Padahal dalam majalah
Online People Weekly World (2007) para peneliti mengungkapkan keresahan mereka dengan kalimat
‘Global warming means dark future’ (Pemanasan global membawa masa depan yang suram).Sementara kita hanya tenang-tenang saja dan tak pernah hawatir kalau bumi yang kita huni ini terancam hancur dan musnah.
Pemanasan global, atau global warming adalah keadaan di mana suhu rata-rata permukaan bumi meningkat. Hal ini akibat aktivitas manusia yang melepaskan sejumlah gas efek rumah kaca ke atmosfer, sehingga pola iklim dunia berubah. Sedangkan gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di bumi yang dihasilkan dari aktivitas manusia maupun aktivitas alami.
Sebenarnya fungsi gas-gas rumah kaca adalah sebagai penghangat suhu bumi, sehingga bumi dapat dihuni oleh beragam makhluk hidup karena kondisi hangat merupakan kondisi ideal bagi makhluk hidup untuk hidup dan berkembangbiak. Tanpa gas rumah kaca, bumi menjadi dingin. Begitu dinginnya, sampai tidak semua mahluk hidup bisa bertahan. Tetapi, gas rumah kaca yang berlebih menyebabkan suhu bumi meningkat, yang juga bisa berakibat buruk pada makhluk yang hidup di bumi.
Istilah efek rumah kaca sendiri mengacu pada kejadian di rumah kaca. Pada mulanya, rumah kaca merupakan kondisi yang sengaja direkayasa untuk memaksimalkan manfaat sinar matahari untuk pertumbuhan tanaman, sehingga fenomena meningkatnya suhu bumi dikenal juga sebagai efek rumah kaca atau
green house effect dan gas-gas yang menghalangi sinar matahari keluar dari lapisan atmosfer bumi disebut sebagai gas rumah kaca.
Pemanasan global mendatangkan masalah bagi bumi dan tentu saja berdampak bagi manusia. Salah satu contohnya adalah semakin meningginya permukaan laut karena es di kutub utara mencair. Daerah-daerah dengan permukaan rendah akan sangat mudah terkena banjir ketika hujan turun, meski dengan kapasitas rendah sekalipun.
Hal ini akan semakin diperparah, karena semakin panasnya bumi, curah hujan akan semakin tinggi dan berkepanjangan. Sehingga peluang banjir dan tanah longsor menjadi semakin besar. Sementara di belahan bumi yang lain, akan timbul kemarau yang sangat panjang. Membuat tanah-tanah kering dan tandus. Pohon-pohon yang berfungsi sebagai pelindung efek rumah kaca menjadi mati. Demikian juga dengan tumbuh-tumbuhan seperti sayuran, padi, dan buah-buahan.
Ini diakibatkan sinar matahari yang semestinya dipantulkan kembali ke angkasa tertahan oleh gas rumah kaca yang terdapat di lapisan atmosfer dan memantulkannya kembali ke bumi. Sehingga suhu bumi menjadi semakin panas karena sinar matahari yang sudah berada di atmosfer bumi tidak ada yang dapat keluar ke angkasa, sementara sinar yang masuk semakin bertambah.
Pada tahun 2005,
Intergovermental Panel and Climate Change (IPCC) sebuah lembaga international di bawah naungan PBB telah melakukan penelitian yang bertajuk "
global warming", IPCC melakuakan penelitian kembali, hasilnya terjadi peningkatan suhu di dunia 0,6-0,70 sedangkan di Asia relative lebih tinggi, yaitu 10. Selain itu ketersediaan air di negeri-negeri tropis berkurang 10-30 % dan terjadi pelelehan Gleser (gunung es) di Himalaya dan Kutub Selatan. Secara general yang juga dirasakan oleh seluruh dunia saat ini adalah makin panjangnya musim panas dan makin pendeknya musim hujan, selain itu makin maraknya badai dan banjir di kota-kota besar (el Nino) di seluruh dunia. Serta meningkatnya cuaca secara ekstrem, yang tentunya sangat dirasakan di negara-negara tropis.
Dalam kontek ke Indonesiaan, sejak tahun 70-an Indonesia sudah beralih dari negara
agraris ke negara
industri, kemudian dari negara industri beralih ke negara industri berteknologi
komunikasi-informasi. Sejak itulah sawah dan ladang di sulap menjadi industri-industri dan gedung pencakar langit yang menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem karena polusi udara dan air limbah. Kemudian diperparah lagi dengan terjadinya penebangan liar dan kebakaran hutan. Sehingga hilanglah fungsi hutan yang merupakan paru-paru dunia.
Maka sebagai akibatnya, hingga hari ini dampak dari gejala
global warming sudah mulai terasa dinegeri kita---sebagimana dikabarkan oleh Verena Puspawardhani seorang koordinator kampanye bidang iklim dan energi
World Wild Fund (WWF) Indonesia. Hal ini bisa dilihat dari terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang dari musim hujan sehingga menyebabkan panen gagal. Selain itu terjadi peningkatan kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah Kemudian diperkirakan pada
2070 sekitar 800 ribu rumah yang berada di pesisir harus dipindahkan dan sebanyak 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya air laut.
Disamping itu Negara-negara maju berupaya meminimalisir pemanasan global itu dengan pengembangan teknologi. Misalnya Di Jerman trend yang sedang marak diterapkan adalah disain rumah yang disebut Rumah Pasif. Artinya rumah ini menggunakan enerji kecil (ketika panas, tak membutuhkan AC, ketika dingin membutuhkan pemanas kecil). Atau ditemukannya mobil dengan penggunaan tenaga surya, tidak dengan bahan bakar fosil.
Selain itu Uni Eropa telah mengeluarkan beberapa kesepakatan dalam mengurangi CO2, antara lain:
- memperbanyak jalur sepeda dan pejalan kaki
- mengurangi penggunaan kendaraan pribadi
- memberi label jumlah CO2 yang dihasilkan pada produk makanan
- menghisap CO2 dan menyimpannya di dalam tanah... tentunya dgn teknologi ...
- meningkatkan penggunaan energi nuklir, gas bumi, energi angin dll
Hingga pada 12 Desember 2007, PBB menggelar konferensi di Bali membahas masalah ini. Namum
'Hasil Konferensi Bali Hanya Catatan Kaki' saja, hal ini dilihat dari banyaknya kalangan yang menyesalkannya, karena mereka konferensi ini tidak mencantumkan target pengurangan emisi sebesar 25-40 persen pada 2020. Hingga konferensi Bali ditutup, jelasnya, AS dan Cina tidak menyepakati besaran target pengurangan emisi 25-40 persen pada 2020. Padahal, dua negara tersebut merupakan penyumbang emisi terbesar di dunia. PM Australia, Kevin Rudd, mengatakan dunia telah mengambil langkah berani. Namun, dia mengingatkan masih banyak hal yang harus dilakukan. ''Ini tanggung jawab kita semua untuk melakukan langkah lebih lanjut.'' (lihat Republika :senin 17/12/07)
Namun Islam sebagai agama yang relevan dengan kemajuan, sejak 14 abad yang lalu telah memberikan manhaj (konsep) kepada manusia modern dalam menangani masalah
global warming. Konsep yang didasarkan pada pesan-pesan robbani yang lebih nyata kebenaranya dari pada konsep dalam Protocol Kyoto yang merupakan buah pemikiran manusia. Diantara konsep itu adalah terwujud dari surat
Huud Ayauat 61 yang berbunyi:
61. “dan kepada Tsamud (kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya[726], karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku Amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)." [726] Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.
Demikianlah firman Allah yang yang menginformasikan kepada kita bahwa manusia diciptakan dari tanah dan ditugasi untuk memakmurkan tanah atau bumi. Karena itu dalam bidang ilmu pengetahuan alam kita mengenal istilah alam biotiks (alam raya) dan alam abiotis (berupa moral manusia). Kerusakan alam biotiks biasanya berwal dari kerusakan alam abiotis yakni moral manusia. Sebagai contoh : berdasarkan penelitian Wahana Lingkungan Hidup di DKI Jakarta tercatat memiliki 2.118 Sumur Bor dengan kedalaman tidak kurang dari 40 M, sehingga jika terjadi penambahan sumur lagi pada tahun 2010 nanti, Wilayah DKI Jakarta bisa mencapai daratan 0,0 M, dari permukaan laut alias rata menjadi laut.
Ancaman kerusakan tersebut hadirin sebuah bukti yang harus kita renungkan, kita fikirkan, kita cermati untuk kita antisifasi agar saat ini maupun kelak tidak lagi terjadi kerusakan alam. Lalu bagaimanakah tanggung jawab dan usaha kita sebagai warga negara dalam memelihara alam lingkungan ini? Sebagai jawabannya,
Pertama: Kita harus mendukung dan membantu program pemerintah dengan jalan melakukan reboisasi tanah-tanah gundul, pembuatan terasering untuk mencegah longsor, penanggulangan limbah dan sampah bersama-sama dan menghentikan pemburuan satwa serta penebangan hutan secara liar.
Kedua: Kita syukuri alam sebagai nikmat Allah swt dengan cara memeliharanya agar kita dikasihi oleh Allah swt. Rasulullah saw bersabda:
إرحموا من فى الأرض يرحمكم من فى السماء
“
Sayangilah oleh kamu sekalian segala apa yang ada di muka bumi ini niscaya yang di atas (Allah) akan menyayangimu.”
Apabila sikap ini kita aplikasikan maka Allah swt menjamin kemakmuran alam raya yang kita miliki sehingga kita jauh dari petaka, terhindar dari bencana tapi dekat dengan nikmat dan barakat dari Allah swt yang Maha Qudrat.
Hadirin, perlu diketahui bahwa orang pintar tapi tidak shaleh, tidak mungkin memakkmurkan alam, orang hebat namun bergelimang maksiat mustahil peduli mengelola alam raya, malah yang timbul adalah watak-watak perusak, pohon-pohon ditebangi, gunung-gunung di gunduli, dan satwa-satwa diburu. Padahal akibatnya, manusia sendiri yang menanggungnya.
Belum hilang dari ingatan kita,
26 Oktober 2010 letusan dahsyat gunung
merapi menghantam Yogyakarta, membakar ribuan rumah, hilangkan ribuan nyawa, pertiwi pun menangis
390.000 warga menjadi korban... Tak cukup itu,
Gempa dahsyat berkekuatan
7,7 skala ricter mengguncang
Sumatera Barat, dan memicu terjadinya gelombang
Tsunami, menghantam bumi Mentawai,
610 0rang menjadi korban. Bahkan sejak
11 Maret 2011 yang lalu, Masyarakat Dunia dikejutkan dengan terjadinya
Tsunami di Miyagi-Jepang berkekuatan 8,9 skala ricter, disusul dengan ledakan reaktor nuklir Fukushima-Jepang yang diakibatkan oleh dampak Tsunami.
10.000 orang tewas, dan 10.000 lainnya harus mengungsi.
Akibat musibah tersebut, tidak sedikit orang tua yang kehilangan anak-anaknya, atau anak kehilangan orang tuanya, bahkan musibah itupun telah melahirkan kepedihan, penderitaan dan menambah angka kemiskinan, karena harta mereka telah hangus dalam waktu sekejap.
Na’udzubillah...
Lalu pertanyaannya, apa makna dibalik semua musibah yang menimpa negeri tercinta ini? Ebid G Ade melantunkan :
Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana
Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan, bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang
Dengan demikian, dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa alam akan berdaya guna jika dipelihara, namun akan menimbulkan petaka jika dirusak. Bentuk perusakan alam adalah dengan memperbanyak maksiat dalam hidup dan penghidupan manusia. Oleh karena itu, dalam rangka mengelola alam ini kita hindari diri kita masing-masing dari perbuatan-perbuatan maksiat, baik terhadap diri sendiri, terhadapa alam raya , terlebih kepada Allah swt.
Semoga Allah memberikan kekuatau kepada kita dalam mengemban amanah sebagai khalifah di muka bumi ini terutama dalam mengelola alam, semoga Allah memberikan keberkahan kepada bangsa ini,
amin ya rabbal ‘alamin.
والله المستعان إلى احسن الحال
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته