Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Maret 2015

Tabir Cinta, Citra dan Cinta Perempuan

Perempuan adalah makhluk ciptaan Allah yang paling unik,

yang secara fisik tentu berbeda dengan laki-laki, perempuan identik dengan kelembutan, keindahan dan kasih sayang. Namun, bukan berarti dia lemah dibalik kelembutannya ada kekuatan luar biasa dalam dirinya, karena ia memiliki cinta dan sayang yang lebih dibanding laki-laki, diakui atau tidak itulah realita yang ada. Ia dapat bekerja 18 jam dalam sehari, lebih dari apa yang dilakukan oleh laki-laki, ia mampu memasak berbagai jenis masakan, mencuci, membersihkan rumah, melayani suami, menjaga banyak anak dalam waktu yang bersamaan, atau bekerja di luar rumah, semua itu cukup dilakukan hanya dengan dua tangannya. Ia juga dapat menyembuhkan rasa sakit dengan pelukannya, membahagiakan dan memberi solusi, bahkan ia dapat menyembuhkan dirinya sendiri saat ia sakit, sedih dan kecewa.

“Perempuan, ibarat lautan dalamnya hati siapa yang tau?” ungkapan itu pernah dilontarkan seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang karakter dan kemauannya sulit diterka, mengapa demikian? Karena perempuan menyimpan rasa dalam apapun yang ia lakukan. Oleh karena itu, tidak salah kiranya jika seorang psikolog mengatakan “Laki-laki mengedepankan rasionya, sedang perempuan cenderung mengedepankan perasaannya”. Saat perempuan telah menemukan cintanya, maka apapun akan ia lakukan untuk membahagiakan orang yang dicintainya, banyak sosok perempuan yang dikenal karena keagungan cintanya.
Fathimah Al-Zahra contohnya, seorang putri Rasul (Muhammad SAW) yang diagung-agungkan oleh Allah dan Malaikat-Nya, sehingga para bidadari surga-pun cemburu padanya, karena keagungan cintanya kepada Allah, kepada Rasul, kepada suaminya (Ali bin Abi Thalib), keluarga dan kaum muslimin pada masanya. Cintanya yang tulus, suci dan murni terlahir dari keimanan dan ketaqwaannya, karena itu Allah pernah menitipkan salam padanya. Atau Rabiah al-Adawiyah, seorang sufi perempuan yang terkenal karena kecintaannya kepada Allah Swt melebihi segalanya. Subhanallah... Cinta perempuan yang tulus tanpa syarat.
Seorang perempuan juga dikaruniai cita. Cita adalah asa, harapan dan impian bagi setiap orang, termasuk perempuan. Baginya, menjadi perempuan sholihah, menjadi perempuan yang sukses, menjadi istri yang baik, menjadi ibu dari anak-anak yang baik adalah cita-citanya. Mungkin sebagian orang beranggapan bahwa cita-citanya itu adalah hal yang wajar dan memang fitrah perempuan, namun pada kenyatannya tidak demikian. Menjadi perempuan, istri dan ibu yang sukses tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, banyak perjalanan yang harus dilalui dan banyak hal yang perlu diperjuangkan dengan hati yang tulus. Terlebih bagi perempuan yang tidak hanya berkarya di rumah, namun juga berkarir di luar rumah.
Di era globalisasi ini peran perempuan sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pendidikan, perekonomian bahkan politik dan pemerintahan. Sehingga banyak diantara mereka yang berkecimpung di dunia kerja, meski demikian perempuan yang baik dan bertanggungjawab tentu tidak akan meninggalkan tugas utamanya untuk menjaga dan memberikan kasih sayang kepada keluarga, khususnya suami dan anak-anaknya, karena hanya dengan cinta dan kasih sayang yang tulus dari seorang ibu, mereka dapat hidup nyaman dan bahagia.
Nabi pernah bersabda: “Perempuan adalah tiang negara, apabila negara itu memiliki perempuan-perempuan yang baik maka baik pula negaranya, sebaliknya jika perempuannya rusak maka rusaklah negaranya”. Hadits ini tentu memiliki pesan yang berharga bagi kaum perempuan, karena itu perempuan adalah citra suatu bangsa. Citra adalah a picture of mind, yaitu suatu gambaran yang ada di dalam benak seseorang. Citra dapat berubah menjadi buruk atau negatif, apabila tidak didukung oleh kemampuan atau keadaan yang sebenarnya. Citra adalah kesan, perasaan dan gambaran dari publik terhadap suatu hal.
Citra perempuan yang baik adalah mereka yang memiliki karakter, pemikiran dan sikap yang baik. Kecantikan fisik saja tidak cukup dalam membangun citra perempuan yang baik, karena citra perempuan tidak diukur dari putihnya kulit, merahnya bibir atau tubuh yang langsing, melainkan diukur dari tingkat intelektualitas, spiritualitas dan sosialitas (budi pekerti, ketulusan hati, sikap dan tutur katanya kepada orang lain).
Membangun citra positif tidaklah mudah, apabila proses pembentukannya tidak didorong dengan upaya-upaya lain, termasuk dalam hal menjaga diri dari pergaulan bebas. Citra yang sudah terbentuk dan membekas dalam benak, akan melekat dalam waktu yang lama. Citra yang negatif juga demikian, tidak tercipta secara instan, tetapi alami dan berproses panjang. Jadi kalau ada perempuan yang memiliki citra yang baik pada hakikatnya ia memang baik, dan sebaliknya jika ada perempuan yang punya citra buruk sebenarnya mereka memang benar-benar buruk.
Perempuan yang memiliki citra baik tentu tidak akan mau berbuat keburukan atau terjerumus dalam hal-hal yang tidak bermanfaat, karena hal itu dapat merusak citra dan kehormatan dirinya, namun ironisnya banyak perempuan yang memiliki citra baik dapat terjerumus dalam citra yang buruk karena faktor fisik, khususnya dalam mengikuti mode atau style pakaian masa kini yang berujung pada pornografi dan pornoaksi.
Oleh karena itu, citra perempuan yang baik tidak dapat diukur dari penampilan fisik, meskipun tidak menafikan bahwa perempuan yang baik juga harus menjaga penampilan fisiknya dan menjaga keindahannya agar anggun dan bermartabat dengan mengedepankan etika dan estetika.

Wahai kaum Hawa, marilah kita menjadi perempuan yang memiliki cinta, cita dan citra yang baik untuk agama, keluarga, bangsa dan Negara.
Wahai kaum Adam jadilah kalian seorang yang mulia karena memuliakan perempuan

"Jangan salahkan jika mawar itu berduri,
bersyukurlah karena duri itu berbunga mawar"

Tidak ada komentar: